Krisis Moral Pemimpin Bangsa, Saatnya Pemuda buktikan Idealisme!
Kepemimpinan dan kredibilitas tergantung pada hati, bukan hanya otak. Sepenggal ungkapan Barry Z. Posner, Penulis The Leadership Challage dan Credibility. Kedua hal tersebut seharusnya ada pada setiap pemimpin bangsa ini, punya Intelektualitas yang cerdas dan juga punya hati yang ikhlas untuk memimpin bangsa ini lepas dari berbagai permasalahan yang semakin kompleks. Dengan penyatuan dua hal tersebut tentunya akan mampu membentuk pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia menuju kesejakteraan umum, kecerdasan bangsa, dan keadilan sosial sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945.
Melihat pemimpin bangsa saat ini, cita-cita luhur proklamasi tersebut agaknya hanya akan ada dalam impian. Pemimpin bangsa telah kehilangan hati dan otak (baca: Intelektual). Miskinnya hati nurani, terbukti dengan semakin banyaknya kasus-kasus memalukan dilakukan pejabat yang notabene pemimpin bangsa di semua lini tatanan pemerintahan, mulai dari pelecehan seksual anggota dewan hingga penyuapan jaksa. Kegagalan bangsa ini lepas dari permasalahan adalah indikator bahwa para pemimpin tidak punya kapabilitas intelektual yang cukup. Kebijakan-kebijakan yang mereka ambilpun lebih cenderung pada solusi instant terhadap permasalahan yang saat itu mereka hadapi, bukan pada penyelesaian masalah secara komprehensif. Dengan pola pikir pemimpin seperti itu, tidak mengerankan jika pemimpin lebih memilik menjual asset bangsa dari pada mencari alternative solusi lain.
Pemilu dan Pemimpin
Besarnya angka golput dalam pemilihan kepala daerah yang sudah sangat memprihatinkan, di Jawa Tengah angka tersebut mencapai 45,85% (SOLOPOS, 15/7/2008). Hal tersebut merupakan indikasi bahwa rakyat sudah tidak percaya lagi kepada para pemimpin. Ketidak kepercayaan rakyat kepada pemimpin merupakan korelasi positif karena pemimpin bangsa ini tidak mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhan rakyatnya.
Terdapat 34 partai peserta pemilu 2009, 18 partai diantaranya merupakan partai baru. Banyaknya partai peserta pemilu adalah bukti betapa demokratisnya bangsa ini, terlepas motif apa yang melatar belakangi pendirian partai tersebut. Disisilain banyaknya partai baru tentunya karena disebabkan ketidak percayaan masyarakat untuk dipimpin orang lain, sehingga “mereka” berbondong-dondong mendirikan partai-partai politik. Jika kita lihat meskipun banyak partai baru, orang-orang yang duduk dalam pucuk pimpinan partai tersebut adalah politikus-politikus lama. Mereka hanya hijrah ke lain haluan karena tidak lagi menjadi pucuk pimpinan di partai yang lama.
Kondisi tersubut adalah sebuah refleksi nyata para pemimpin bangsa ini mereka cenderung untuk memperjuang diri mereka. Jadi bukan hal aneh ketika menjelang pemilu mereka datang lewat layar-layar televisi layaknya dewa penyelamat yang akan membawa bangsa Indonesia lepas dari berbagai permasalahan. Dan tentunya kita cukup cerdas untuk menentukan pemimpin dalam pemilu dengan melihat mereka track record mereka dalam kancah kepemimpinan.
Pemuda dan Idealismenya
Permasalahan bangsa yang semakin kompleks tentunya menbutuhkan energi lebih besar pula untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Pemuda tentunya merupakan sosok yang masih mempunyai banyak energi untuk dapat menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa dengan memberikan mereka kesempatan untuk menjadi pemimpin. Masalah kepemimpinan memang bukan hanya masalah umur tua atau muda, tetapi juga masalah kapabilitas yang dimilik pemimpin tersebut.
Apabila kita berkaca pada sejarah, proklamasi bangsa ini terjadi juga karena pemuda yang bersihkukuh dengan segala idealismenya untuk segera mengikrarkannya sehingga segara lepas dari belenggu penjajah. Runtuhnya tirani orde baru juga tidak lepas dari peran pemuda sebagai motor penggerak ketika melihat berbagai ketidakadilan di masyarakat. Pemuda memang merupakan sebuah symbol idealisme dalam sejarah bangsa dari waktu ke waktu. Melihat hal tersebut tentunya pemuda memiliki nilai-nilai yang lebih untuk memimpin bangsa ini.
Bangsa ini sudah cukup lelah mendengar dan malu melihat moral pemimpin bangsa yang ada di ambang batas kritis. Karena itulah, sudah saatnya pemuda membuktikan idealismenya dengan menjadi pemimpin bangsa ini. Pemimpin muda tentunya akan membawa harapan baru bagi rakyat, dan membawa angin segar kancah kepemimpinan kedepan. Sudah seharusnya kita memberikan kesempatan dan apresiasi terhadap para pemuda untuk menjadi pemimpin yang produktif. Harapan kita bersama pemuda bisa menjadi pemimpin yang bermoral dan intelektual sehingga mampu membawa Indonesia menuju negara yang terhormat.