Hybrid Solar Light (HSL): Sebuah Usulan Solusi Krisis Listrik

Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Peningkatan kebutuhan listrik diperkirakan dapat tumbuh rata-rata 6,5% per tahun hingga tahun 2020 (Muchlis, 2003). Komsumsi listrik Indonesia yang begitu besar akan mejadi suatu masalah bila dalam penyediaannya tidak sejalan dengan kebutuhan. Kebijakan-kebijakan yang diambil PLN (Perusahaan Listrik Nasional) sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) penyedia energi listrik semakin menunjukkan bahwa PLN sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan listrik nasional. Apabila permasalahan penyediaan listrik tidak segera diatasi maka sistem perekonomian bangsa Indonesia akan tergangu.

Berbagai upaya untuk mengatasi masalah diatas telah dilakukan oleh pemerintah dan para peneliti. Salah satunya adalah dengan mencari energi alternatif. Dalam penelitian ini, sumber energi alternatif adalah cahaya matahari. Pemilihan sumber energi alternatif ini sangat beralasan mengingat suplai energi surya dari sinar matahari yang di terima oleh permukaan bumi mencapai mencapai 3 x 1024 joule pertahun. Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia saat ini (Minto, 2006). Di Indonesia melimpahnya tenaga surya yang merata dan dapat ditangkap di seluruh kepulauan Indonesia hampir sepanjang tahun merupakan sumber energi listrik yang sangat potensial.

Saat ini pemanfaatan energi surya di Indonesia baru sebatas sel surya atau PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya). Umumnya piranti sel surya mengunakan Silikon (Si) dan Germanium (Ge) yang biaya produksinya cukup mahal sehingga harga sel surya yang dihasilkan menjadi mahal (Setyorini, 2007). Pemanfaatan energi surya tersebut dapat dimaksimalkan dengan pemanfaatan Hybrid Solar Lighting (HSL). HSL dapat di manfaatkan sebagai pencahayaan ruangan di siang hari sebagai pengganti listrik PLN.

Penggunaan HSL akan menghemat komsumsi listrik PLN sehingga permasalahan kelangkaan dapat diatasi. HSL adalah kombinasi baru dari teknologi lama yaitu parabola sebagai pengumpul energi matahari dan fiber optik sebagai pembawa energi mahari tersebut dari outdoor ke indoor. Pengunaan HSL akan mampu menghemat listrik dikarenakan tingkat pengunaan listrik pada siang hari di indonesia cukup besar.

HSL mempunyai konsep kerja yang sederhana. Alat penerima sinar matahari berbentuk parabola akan ditempatkan di atap rumah. Tugasnya, mengumpulkan tenaga dari matahari. Energi yang didapat disalurkan melalui kabel optik fiber ke panel Hybrid Solar Lighting dan berujung ke lampu-lampu di tiap ruangan. Keuntungan pengunaan HSL akan mendapatkan energi matahari secara langsung sebagai penerangan tanpa ada sistim listriknya sehingga sudah dapat dipastikan sistem ini tidak menghasilkan polusi.

Penelitian ini dilakukan untuk optimalisasi pengumpulan energi matahari oleh parabola. Pembuatan variasi jari-jari parabola akan mempengaruhi titik fokus energi matahari yang terkumpul sehingga akan berpengaruh pada tingkat intensitas energi matahari. Dengan didapatkan energi maksimum pengumpulan energi matahari oleh parabola sistem kerja HSL akan menghasilkan intensitas penerangan yang maksimum pula.