One Litre Of Tears [akankah kita hanya akan menjadi orang biasa?]

One litre or tears agaknya tak akan pernah cukup bila kita menonton filmnya, sebuah cerita yang benar-benar membuat kita yang nonton hujan air mata, gerismis mengundang dan apalah istilahnya (bukan melankolis tapi itulah faktanya). Tapi yang terpenting bukan hal itu, bukan pula kisah cintanya erika saujin dan rudi susanto…eh lupa siapa ya namanya yang cowok jadi tak tulis gitu aja. Sebuah cinta yang tentunya syarat dengan pengorbanan karena memang cinta dan pengorbanan berkorelasi positif. Tapi tentunya bukan pada itu saja kisah yang di sajikan dengan begitu apik, mengangkat kisah nyata yang begitu besar menginspirasi tentunya.

Sebuah semangat yang bisa kita ambil adalah bagaimana melihat kisah itu, sebagai sebauh pengalaman berharga dari seorang yang tentunya kita belajar tidak harus mengalami tapi cukup pula mengamati:

  • sudahkah kita tersenyum?
  • sudahkah kita semangat?
  • sudahkah kita menjadi inspirasi bagi orang lain?

add #tersenyum?

senyum begitu indah? senyum adalah magnet dengan daya magnetis begitu kuat bisa sampek berapa Tesla ya? dan tentunya itu cukup kuat untuk menarik orang lain. Memberikan energi positif, yang dengan itu pastinya membuat orang akan menjadi nyaman, senang asal tidak sentum terus aja..jadi lain konotasinya nanti..Jangan lupa yang terpenting senyum adalah ibadah, shodaqoh jadi sudahkah anda shodaqoh hari ini? sudahkan anda tersenyum? 🙂

add#semangat?

semangat adalah sumber kekuatan… kalo badan kita sakit kita hanya akan kehilangan sedikit hal, tapi kalo sudah semangat kita yang sakit kita akan kehilangan segala hal. Bukan hanya waktu kita yang akan terbuang sia-sia tapi banyak hal akan hilang dari kesempatan kita…ayo semangat!!

add#jadi inspirasi?

Ini aku kira inti dari pesen yang tak takngkap dari 1 liter air mataku yang menetes, sudahkah kita menjadi sumber inspirasi? dan tentunnya bukan orang yang biasa yang menjadi sumber inspirasi bagi orang lain? Bagaimana “Aya” mampu memjadi inspirasi orang yag sakit serupa meskiun dia telah mati, tiada. tapi bagi orang yang mengalami hal serupa di masih ada dia mampu memberikan kekuatan untuk terus berjuang menghapai penyakitnya. Kita kayaknya lebih sering menjadi trouble maker, kalo seperti itu tanpa berubah akankah kita hanya menjadi seperti ini, menjadi orang biasa?